Eiji Yoshikawa, Musashi (2).

Saya tidak tahu apakah novel Musashi masih dipajang di rak toko toko buku, on line-off line. Tetapi sebagai naskah bergenre  fiksi sejarah, buku ini sangat direkomendasikan untuk dibaca anak anak muda yang berlimpah semangat. Milintansi yang diajarkan Musashi dalam mengejar kesempurnaan sangat inspirasional dan sukar dicari bandingannya.


Tidak salah juga untuk diingatkan, tebal buku ini mencapai 1247 halaman, mengalahkan buku Harry Potter yang paling tebal. Mungkin terlalu tebal untuk menceritakan seorang ronin atau samurai kampung. Sejarah telah banyak becerita dan melahirkan orang orang besar. Miyamoto Musashi bukan orang besar. Ia tidak punya darah biru, dan belajar pedang nyaris otodidak. Dengan prestasi yang menjulang, ia sebenarnya memperoleh kesempatan untuk bekerja pada seorang Shogun, dan meraih kemahsyuran dan kekayaan. Musashi tidak menempuh jalan itu. 

Cerita dimulai dengan suasana usai pertempuran Sekigahara. Itu pertempuran antara pasukan Tokugawa Ieyasu dengan Toyotomi Hideyori (anak Hideyoshi). Ya, sekitar tahun 1600an itu memang masa penuh petempuran antar Shogun (mereka adalah para penguasa sesungguhnya Jepang saat itu, kaisar hanya menjadi simbol saja). Tidak heran kalau teknik bertempur menjadi ilmu yang sangat populer. Samurai menjadi urat nadi kehidupan para pemuda. Berkembang dengan banyak aliran. Teknik lain yang juga populer adalah Ninja. Lebih dikenal sebagai komunitas rahasia, dengan teknik yang menyerupai operasi intelijen. Sekitar tahun tahun itu, Indonesia atau Nusantara sedang mengalami masa transisi dari kerajaan kerajaan kuno Hindu ke era kesultanan Islam dan mulai masuknya orang orang bule. Tentu saja dengan misi dagangnya terlebih dahulu. 

Kembali ke Sekigahara. Dua sahabat, Musashi dan Matahaci yang memihak Toyotomi lolos dari maut dan bangkit diantara bangkai bangkai prajurit yang berserakan. Mereka memutuskan untuk kembali ke kampung halaman. Matahaci kembali ke pangkuan keluarga, Takezo alias Musashi malah menjadi buronan. Menurut saya, inilah episode terliar dari hidup Musashi. Dengan tenaga besarnya, bak banteng terluka ia mencoba survive. Di tengah kerasnya menjalani hidup, ada cita cita yang tak pernah padam dalam hatinya. Menempuh jalan pedang dan menjadi Samurai sejati adalah impian sejak kecilnya. Entah karena terbawa suasana, atau doktrin waktu kecil dari ayahnya Munisai  - yang juga Ronin - tentang harga diri dan kebanggan silsilah keluarga. Yang jelas pencarian Musashi mulai mencapai titik balik setelah bertemu dengan pendeta Takuan. Ia menjadi guru spiritual Musashi. 

> Saya mulai berpikir, tanpa Takuan, tak ada cerita Musashi. Paduan antara semangat Musashi dan kebijakan Takuan lah yang menjadikan kisah ini bergulir.

Sejak itu dimulailah kisah Musashi menantang semua Samurai yang ditemuinya untuk membuktikan siapa yang lebih jago di antara mereka. Perguruan perguruan besar dia datangi. Yang paling terkenal adalah pertempuran  Ichijoji dimana dia melawan 50 Samurai sekaligus dengan teknik - sebenarnya diciptakan secara spontan saat itu - yang kemudian dikenal dengan dua pedang. Sebagian besar pertempuran dia menangkan. Tapi ada kala dia mengaku kalah dengan hanya menerima kiriman bunga dari lawan yang ditantangnya. Kok bisa? Musashi pendekar sejati. Hanya dengan mengamati sabetan samurai di tangkai bunga, dia bisa tahu lawannya lebih mumpuni. Saya tidak menemukan kisah ini di 'genre' silat lainnya.

Namun bagi saya, bukan cerita pertempuran yang menjadi nilai lebih Musashi. Dia peduli dengan nasib bangsanya. Diorganisirnya para petani untuk sama sama melawan para perampok yang kerap mengganggu mereka. Dia memilih menjadi manusia merdeka dengan menolak tawaran Shogun Shogun ternama untuk menjadi guru bagi pasukan mereka. Mentalitas model begini kebilang langka. Di saat kejayaan materi menjadi tuhan baru bagi manusia, Musashi mengambil jalan sunyi.

Oh, ya. Memang sepanjang perjalanannya, ada kisah cinta dengan Otsu. Gadis yang begitu memuja Musashi sehingga rela mencari jejak kemana pendekar ini menuju. Walaupun disuguhkan dalam kisah tarik ulur, cukup mewarnai pencarian jalan pedang sang jagoan. Namun ending mereka tak digambarkan sesuai harapan banyak pembacanya. Barangkali karena kita akan fokus pada pertempuran terbesar dan puncak dari petualangan Musashi.

Adalah Sasaki Kojiro. Muda. Berbakat. Ambisius. Seluruh Jepang sepakat hanya ada dua jago pedang pada era  itu. Satu Musashi, satunya Kojiro. Dua orang ini sudah saling mengintai sejak lama. Terutama dari pihak Kojiro yang coba merusak reputasi Musashi dengan berbagai cara. Bagaimanapun pembuktian hanya dapat dilakukan dengan pertempuran.

Dan terjadilah pertempuran itu.... 

Mungkin resensi terhadap kisah Musashi ini harus di akhiri pertanyaan seputar nyata kah tokoh Samurai ini. Musashi memang tokoh nyata. Bagusnya dia mendokumentsikan catatan perjalannya sehingga ada bukti tertulis dia pernah eksis. Dia juga menuliskan ajaran pedangnya - taktik dan strategi - yang dalam sebuah buku berjudul Gon Rin No Sho. Terjemahannya kurang lebih Lima Cincin (unsur). Bandingkan dengan tokoh Siliwangi yang masih diperdebatkan keberadaanya karena minimnya bukti bukti tertulis ini. Walau bukan raja, dia menjadi tokoh inspirasi bagi Jepang beberapa generasi kemudian. 

Buku Musashi menjadi best seller di negerinya sendiri. Bahkan kalau dihitung hitung, setiap orang Jepang punya satu buku Musashi (wow). Hutan tempat dia buron dulu, menjadi tempat berlatih pendekar karate modern, Masutatsu Oyama. Dia kemudian menjadi pendiri karate aliran Kyoshinkai. Alirannya tersebar mulai dari Amerika sampai ke Indonesia.

Musashi yang sedang bertempur dengan kojiro diabadikan dengan patung di pulau Ganryujima. Setelah pertempuran dengan Kojiro, akhirnya dia memutuskan pensiun di Pulau Kyushu. Dan meninggal di sana tahun 1645.

Selamat jalan Kensei (Dewa Pedang).....

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Paling Banyak Dibaca