Dari Sejarah Perkebunan Sampai Toko Online.

Gambar dari www.cbsnews.com
Andreas de Wilde, sejatinya adalah dokter bedah. Namun takdir membawanya menjadi Preanger Planter atau pengusaha besar perkebunan di tanah Priangan (Bandung dan sekitarnya). Pada tahun 1800an dia telah menjadi orang yang sangat kaya raya. Anda dapat mengukur kekayaannya dengan melihat bekas rumahnya yang sekarang menjadi Balai kota Bandung. Tahun 1815 dia dianggap mendirikan kota Sukabumi sekarang. Konsepnya adalah Sukabumi menjadi basis perkebunan berikutnya setelah Priangan. Lewat sentuhan tangan dinginnya, Sukabumi benar benar berubah menjadi wilayah perkebunan. 

Rupanya struktur budaya perkebunan mulai menjadi budaya baru di kalangan masyarakat Sukabumi kala itu. Kasta tertinggi tentu saja para administrateur perkebunan. Jabatan ini diisi orang orang Belanda. Setelah itu baru para mandor yang membawahi para pekerja perkebunan. Menjadi administrateur adalah menjadi menak yang dihormati dan dilimpahi kelebihan materi. Rumah yang lebih baik, para pembantu yang siaga, dan biasanya dikelilingi para nyai nyai....

Rupanya budaya menjadi menak terus berlanjut setelah Belanda kalah perang. Namun tidak lagi kepada administrateur perkebunan yang berafilisi pada kekuasaan Hindia Belanda, tetapi pada administratur  yang berafiliasi pada pemerintah Republik Indonesia. Kita mengenalnya sekarang sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Intinya tetap sama, kasta yang lebih dihormati yang jabatannya diidamkan banyak orang. Saya pikir ini tidak hanya terjadi di Sukabumi. Seluruh bekas jajahan Hindia Belanda terjangkit penyakit ini. 

Cobalah tanya pada anak yang baru lulus SMA atau kuliah. Jenis pekerjaan apa yang mereka inginkan. Jawaban nomor satu adalah ingin menjadi PNS. Minimal pekerjaan swasta kantoran. Mereka rela menganggur satu dua tahun untuk mengantri, bahkan untuk sekedar menjadi tenaga honorer dulu. Sangat sedikit yang menjawab ingin menjadi pewirausaha. Padahal gaji PNS sudah ditakar, gaji pewirausaha langit batasnya....

Banyak yang teriak teriak bahwa persentase penduduk Indonesia yang terjun ke dunia wirausaha belumlah mencapai angka 1%. Syarat untuk menjadi lebih makmur adalah 2% dari jumlah penduduk. Malaysia sudah 3%, Singapura 7%, Amerika 12%. Kapan akan makmurnya Indonesia kalau begini. Kalau anak bangsa memilih menjadi priyayi ketimbang jadi saudagar. Huh!

Merubah mindset yang lahir dari sejarah panjang tidak mudah. Alih alih sebagai kelemahan, saya melihatnya sebagai peluang. Peluang bagi mereka yang mau kreatif memanfaatkan pasar besar Indonesia. Orang Amerika telah lama memanfaatkan pasar besar ini dengan brand seperti Coca Cola dan McDonald. Orang Jepang dengan Toyota dan Honda. Terakhir orang Korea dengan K-Pop nya. 

Eh, malah duo sinyo Belanda yang mendirikan Toko Bagus yang kondang itu. Padahal Ardian Syaf, anak Tulungagung itu yang menggambar tokoh Batman untuk komik komik terbitan DC yang dipasarkan ke seluruh dunia. Tenang, dunia internet adalah jendela berjuta peluang. 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Paling Banyak Dibaca