Dicky Zainal Arifin, Arkhytirema: Moyang Urang Sunda (5)

Saya 'terpaksa' memperpanjang sekuel resensi Arkhytirema melihat begitu banyaknya trafik yang datang ke blog ini. Beberapa minggu nangkring sebagai top review menandakan kehadirannya cukup menyedot perhatian. Lagian terkadang kita membutuhkan breakthrough untuk mencari lagi tema tema baru resensi, selain yang sudah duluan menjadi hits di sini. Agatha Christie dan Soekarno telah mencetak lebih dari 1000 views, sesuatu yang tidak terbayang sebelumnya.

Photo retakan di Bulan. Diambil oleh kru Apollo 10 tahun 1969.
Samar samar saya menangkap Dicky Zainal Arifin rupanya menyisipkan pesan bahwa nenek moyang Urang Sunda adalah bangsa Lemurian (Dicky sendiri Urang Sunda dan tinggal di Bandung). Sebuah bangsa yang nabi Adam mengharapkannya menjadi role model bagi bangsa bangsa lain sealamsemesta. Mereka bangsa Lemurian menggunakan bahasa yang disebut bahasa Sunda. Beberapa kata lemurian diadopsi menjadi bahasa Sunda kiwari (masa kini) seperti kata nuhun untuk menyatakan terima kasih. 

Beberapa cerita rakyat Sunda seperti Nini Anteh (yang pergi ke bulan) diyakini sebagai warisan cerita yang berdasar pada teknologi yang dikembangkan bangsa Nirranthea sebagai pengembang satelit bumi atau bulan. Bagi Dicky, bulan adalah hasil rekayasa teknologi yang terbuat dari logam. Kalaupun ada 'lapisan' tanah sekarang, itu sisa sisa tumbukan dengan asteroid selama jutaan tahun. Dengan sendirinya spekulasi adanya gunung berapi di bulan setidaknya terpatahkan. Namun siapa yang 'memesan' bulan untuk bumi belum jelas betul. Bangsa Lemurian rupanya sudah terbiasa bergaul dengan bangsa bangsa alien dari galaksi lain. Bangsa Nirranthea tadi hanya bagian kecil dari warga Galaksi. Bangsa Alien Mosram dipercaya menjadi bangsa dibalik kejayaan bangsa Mesir dan Maya. 

Kerajaan pertama di Nusantara adalah Salaksanagara dengan rajanya, siapa lagi kalau bukan Arkhytirema. Versi Dicky ini berimpit dengan versi umum bahwa raja pertama adalah Aki Terum dengan kerajaan yang bernama Salakanagara. Kerajaan Salakanagara ini yang menurunkan kerajaan Tarumanagara. Namun versi Dicky akan sedikit aneh karena Salakanagara tercatan berdiri pada 130 Masehi. Terpaut jauh dari waktu eksisnya Arkhytirema sebelum masa neolitikum. Kecuali ada versi salakanagara lebih purba, atau Arkhytirema yang sanggup hidup hingga ribuan tahun.....

Konsekuensi lain dari sejarah versi Dicky adalah berarti raja raja Sunda yang selama ini dikenal lebih kuat darah biru Indianya (Dewawarman adalah orang India yang menjadi raja di Salakanagara, dia menantu Aki Terum) ternyata kuat juga darah biru Lemuriannya. Barangkali ini mungkin juga menjadi penjelasan awal mengapa raja raja Sunda cenderung monotheis ditengah pengaruh Hindu yang kuat polytheis. Apakah 'kesaktian' raja raja Sunda yang kita sering dengar itu juga warisan dari Arkhytirema, hanya Dicky yang bisa menjawab.

Bangsa Lemurian dulu juga kerap diceritakan menjalin hubungan internasional terutama dengan dua bangsa besar lainnya di bumi yaitu China dan India. Bangsa Lemurian kemudian hancur akibat serangan bangsa Atlantean. Kisah bangsa Atlantean kemudian diceritakan kembali oleh Plato (300 SM) dari Yunani dengan sebutan Atlantis. Mereka bangsa Atlantis pun akhirnya hancur oleh peristiwa banjir besar nabi Nuh sekitar 10.000 SM. Plato sendiri mendengar kisah Atlantis ini dari penuturan seorang pendeta Mesir tanpa menyebut letak pasti pusat peradabannya. Makanya letak geografis Atlantis dulu sampai saat ini masih diperdebatkan. Namun dengan novel Arkhytirema, Dicky sependapat dengan profesor Santos, bahwa letak Atlantis adalah di Nusantara!

Pertanyaannya adalah kalau bangsa Lemurian digambarkan begitu hebat dalam hal teknologi dan peradaban, mengapa akhirnya harus runtuh ditangan bangsa Atlantis yang tidak lebih canggih teknologinya. Satu pertanyaan yang saya belum temukan dalam dua buku pertama trilogi Arkhytirema. Kita tunggu buku ketiganya.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Paling Banyak Dibaca