Eiji Yoshikawa, Musashi (1).

Jika anda merindukan hero, sederhana, setia mendedikasikan hidup di jalan pedang, merajut hari hari hanya demi kesempurnaan, tidak untuk sensasi, tidak pundi pundi, temui samurai ini, Miyamoto Musashi.



Musashi bukan tokoh fiktif, ia hidup antara tahun 1584 - 1645. Ikut ikutan perang di padang Sekigahara, beruntung ia masih hidup di antara gelimangan mayat mayat yang terbunuh. Pulang kampung malah jadi perusuh. Jalan hidupnya menemui titik balik setelah disekap dan belajar meditasi dari pendeta Takuan. Sejak itu ia bertekad mengabdikan hidupnya di jalan pedang.

Teknik pedangnya terus membaik. Sejarah mencatat puncak pencapaiannya adalah dengan mengalahkan samurai terbaik lainnya, Sasaki Kojiro. Namun ia tersadar : pejuang terbaik tidak lagi berkelahi. Ia mulai mengabdikan diri dengan jalan damai : mengorganisir petani melawan bandit, dan mengolah tanah bersama mereka.

Ia pensiun pada puncak kejayaannya, dengan usia masih sangat muda : 28 atau 29 tahun. Memilih untuk menuliskan perjalanan hidupnya, yang menjadi dasar bagi Eiji Yoshikawa menulis novel ini. Perlu dicatat pada saat itu novelnya terjual sampai 120 juta eksemplar, sementara pada tahun rilis ( 1935 - 1939 ) penduduk Jepang tak sampai 110 juta jiwa.

Banyak orang menilai, Musashi telah menjadi inspirasi bagi sebagian besar warga Jepang. Mereka ingin menghayati hidup sebagai ' Musashi modern'. Bertahan sebagai bangsa melewati saat saat kelam.


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Paling Banyak Dibaca