Pramoedya Ananta Toer, Jejak Langkah, 2006.

Minke. 1901. Akhirnya mendarat di Betawi. Syukur, dia mendapat bea siswa untuk kuliah di S.T.O.V.I.A ! sekolah kedokteran untuk pribumi. Betapa beruntungnya. Tidak sampai disitu. Pada hari pertamanya di asrama, dia diundang ke gedung De Harmonie untuk bertemu dengan anggota Yang Terhormat Tweede Kamer ( Parlemen? ) Belanda. Amboy.
Dan Jenderal Van Heutsz, panglima perang penakluk Aceh,  yang kelak menjadi Gubernur Jenderal Hindia. Demikian pentingkah seorang Minke sehingga diperlukan ikut dalam acara itu. Rupanya tulisan tulisannya dalam bahasa Belanda yang selama ini begitu sempurna - sehingga nyaris semua orang tidak percaya kalau yang menulis hanya seorang pribumi - menarik perhatian pihak Gubermen......

Tapi bukan Minke kalau tidak berulah. Di sela sela kuliahnya dia menjalin hubungan asmara dengan guru Bahasa Inggris, seorang Tionghoa. Ang San Mei. Mereka bahkan menikah. Jadilah Minke orang kuliahan yang sekaligus seorang suami. Itu terjadi sampai tahun kelima. Sampai sesuatu yang misterius terjadi. Mei tiba tiba menjadi aneh. Dia mulai berani meninggalkan suami, malam malam, tanpa penjelasan, dan berulang ulang. Selidik demi selidik akhirnya terungkap dia bagian dari jaringan organisasi internasional para Tionghoa yang berharap revolusi di tanah leluhur. Namun keterkuakan itu datang terlambat. Mei kelelahan dengan apa yang dilakoninya. Dia terkena penyakit kuning, dan meninggal. Kembali Minke menjadi duda. Belum sempat berduka, kabar kelam lainnya datang. Dia dipecat sebagai mahasiswa dan diminta mengembalikan uang bea siswa ke Gubermen!

Dikeluarkan dari sekolah kedokteran menjadi berkah terselubung buat Minke. Ia kembali menekuni dunia jurnalistik seperti minatnya semula. Di saat yang sama dunia mulai berubah. Jepang bangkit dan menang perang atas Rusia. Bangsa Asia bisa! semangat Jepang mulai menjalar ke anak anak muda China untuk mulai berorganisasi dan mengobarkan revolusi. Seorang dokter Jawa tua mengobarkan pentingnya berorganisasi bagi pribumi Hindia. Dan Minke menjawab tantangan itu.

Mula mula ia mendirikan Syarikat Priyayi, yang ternyata kurang berhasil. Namun ia berhasil mendirikan harian ' Medan ' yang tirasnya terus meningkat. Belum kapok, ia turut membidani lahirnya organisai modern ' Boedi Oetomo ' yang disambut lebih baik dari Syarikat Priyayi. Sementara harian ' Medan ' mulai mengalahkan harian harian yang dikelola orang Belanda.

Kerinduannya akan organisasi yang lebih ' Hindia ' dan merangkul semua kalangan membuatnya kembali membuat organisasi ' Syarikat Dagang Islam '. Tuah kata ' dagang' dan 'Islam' membuatnya dengan cepat menggucang Nusantara dan daratan Eropa. Pemerintah Gubermen mulai khawatir.....

Gubernur Jenderal Van Heutsz yang dekat dengan Minke digantikan Idenberg. Mulailah operasi rahasia untuk menghancurkan Syarikat Dagang Islam. Rumah tangga Minke yang menikahi Prinses Van Kasiruta, putri seorang raja Maluku, mulai diteror. ' Medan ' dibekukan, Minke sendiri ditangkap untuk dibuang ke Ternate. 

Roman sejarah yang memukau. Walaupun novel ini bukan buku sejarah, namun ia memberikan gambaran yang lebih jelas tentang aktor sejarah Budi Utomo dan Syarikat Dagang Islam dalam panggung sejarah pergerakan. Pramoedya seolah ingin menunjukan siapa sebenarnya sang Pemula, pelopor pergerakan modern kebangsaan yang kemudian dikenal dengan Indonesia......

  

   
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Paling Banyak Dibaca