11 Hari Usus Buntu (48)
Hari ini laut tenang. Nyaris tak ada ombak. Langit biru
tanpa awan. Di pantai, nelayan sedang sibuk menghitung perolehan ikan yang
diperoleh tadi malam sampai subuh. Sementara sebuah boat baru saja ditambatkan.
Orang orang yang ceria itu baru saja berscuba diving. Memang masih langka,
namun peminatnya mulai berdatangan. Palabuhanratu telah mempunyai diver yang
berlisensi. Sementara kegiatan surfing masih berlangsung. Kalau olahraga yang
ini pemain lokal sudah ada yang menjuarai kontes internasional. Namun Hardy tak punya waktu untuk menikmati
keramahan alam saat itu.
Pendidikan Hardy hanya sampai Sekolah Dasar. Tapi dia
mengerti apa artinya plan A dan Plan B. Bila rencana pertama gagal, harus ada
rencana kedua. Maka disinilah dia berada. ‘ Paranormal’ kedua yang dia
kunjungi. Kali ini tanpa teman yang tadi malam itu.
Rekomendasinya
datang dari istrinya tadi pagi. Masih mengantuk akibat perjalanan spiritual di
Samudra Beach, ia dibangunkan sang istri. Ada orang pintar jetu! (maksudnya
mungkin jitu) cerocosnya bersemangat. Ia mendapat kabar itu dari temannya. Teman dari temannya lagi. Begitu seterusnya. Apa salahnya mencoba tambah sang istri.
Dan jadilah kini ia di pantai ini. Paranormal dimaksud ditemui Hardy sedang
nongkrong di salah satu kafe beratap rumbia. Air mineral dicampur es disajikan
dengan kacang garing dan tentu saja rokok berbagai merk.
Ternyata dia sedang menangani salah seorang pasiennya. Sang pasien duduk di
salah satu dipan, sementara dia memijat mijat bagian pundak si pasien. Sejenak
Hardy ragu, apakah dia paranormal atau tukang pijat?
Sang pasien meringgis ringgis menahan sakit pijatan.
“ Wah, ini ada gejala penurunan kemampuan seksual “
ujarnya yakin. Sang pasien mengangguk angguk sambil tetap meringgis. “
Sebaiknya bapak berbaring, saya akan melakukan terapi lebih jauh. “
Keruan saja praktik pijat ditempat ala sang paranormal menjadi tontonan
kafe di siang itu. Beberapa turis bule menggeleng geleng kepala, it’s crazy ! Pijat yang dipraktikan
memang tergolong ekstrim. Punggung si pasien diinjak injak. Kemudian kedua kaki
dilipat sampai mencapai bokong, sementara kedua betisnya mulai dinaiki si
pemijat. Keruan sang pasien meronta ronta kesakitan. Tidak berhenti sampai
disana, kini dia sudah menduduki kedua kaki yang dilipat itu. Tidak saja
meronta, sang pasien kini sudah melolong lolong kesakitan. Penonton bertambah
banyak.
Dengan cekatan dia mendudukkan sang pasien yang sudah
setengah mati. Tangannya mulai memijat bagian kepala. Dijambaknya rambut si
pasien, kemudian lehernya dipelintir sampai menimbulkan bunyi tulang berderak.
Sekali lagi, kini kearah berlawanan. Krek ! krek ! Sang pasien ambruk mencium
papan dipan, namun sebuah pukulan mematikan diterimanya lagi di bagian
punggung, buk ! suaranya cukup keras untuk didengar orang disekitar. Sang pasien mungkin sudah innalillahi
sekarang.
Namun ajaib, perlahan lahan dia bangkit, dan mulai
bangkit berjalan. Selangkah, dua langkah, cara berjalannya mulai mantap. Namun
pada langkah kelima, dia harus mencium pasir. Orang orang bergegas menolongnya.
Sementara sang paranormal tenang tenang saja. Itu hanya efek samping, kilahnya.
Hardy yang sedari tadi termanggu manggu ngeri
dipersilahkan duduk.
“ Bukan saya yang sakit, “ ujarnya gemetar, takut jadi
korban pemijatan berikutnya.
Sang paranormal menyesap rokoknya. Matanya menyipit.
Bibirnya membentuk gua yang mengarah ke atas. Asap menyembur membentuk
lingkaran. Itu rokok kretek tanpa filter. Sebuah gaya hidup yang membahayakan.
“ Siapa yang sakit ? “ katanya perlahan. Sementara korban
pemijatan tadi sudah siuman. Orang orang memberinya air minum.
“ Bos saya. Beliau bos saya. Beliau ada di Rumah Sakit.
Saya khawatir beliau kenapa kenapa. Bapak faham kan maksud saya… “
“ Baiklah. Kebetulan besok saya akan pergi ke Sukabumi untuk mengobati pasien. Dia terkena
asam urat dan saya sedang menterapinya. Mungkin setelah dari sana, malamnya saya akan datang
ke Rumah Sakit “ kata sang paranormal “ Dimana alamatnya ? “
Hardy menulis alamat di secarik kertas, dan memberikannya
dengan tangan gemetar.
“ Hmmm “ dia nampak komat kamit “ ini kasus ringan, anda boleh pulang
sekarang “
Sip, kata Hardy. Mulai saat ini orang tak boleh
meremehkan Hardy. Dia sedang misi menyelamatkan tuannya. Tapi orang tak boleh
tahu. Dia hanya bergerak di belakang layar.
Kembali merogoh saku, memencet mencet HP, dan SMS terkirim ke ibu Ninok.
Hardy puas. Malam sudah larut.