Stephenie Meyer: Twilight, 2005


Mungkin ini 'bahaya'nya kalau sebuah novel laris kemudian difilmkan. Filmnya bagus lagi. Aktor aktrisnya menawan. Sutradaranya jempolan. Seting lokasi menakjubkan. Kita nonton filmnya duluan. Baru kemudian baca novelnya. Imajinasi kita begitu membaca paragraf pertama langsung dikudeta oleh bayangan kita waktu menonton filmnya. Ya kota Forks-nya yang sering hujan dan berkabut, ya wajah Bella dan dad, ya warna truk Checy yang kelak dipakai si Bella sepanjang kisah. Benar benar kurang ajar. Sialan!

Bagaimana sih tinggal bersama bapak - yang kepala polisi kota kecil - tanpa kehadiran ibu karena terpisah oleh perceraian? Tanya pada Isabella Swan. Yang jelas saya sangat suka gaya bertutur Meyer yang sederhana namun mengalir. Dia bisa melukiskan dengan sempurna lumut dan pepohonan yang menghijau. Dia menggambarkan keluarga Cullen yang misterius namun keren di mata Bella. Ada Edward Cullen yang spesial, dan tentu saja Charlie, dad yang hidupnya sepi. Semuanya berjalan pelan, sampai Bella mengalami kecelakaan ajaib. Di parkiran sekolah, ia seharusnya tertabrak sebuah van yang hilang kendali. Namun tiba tiba Edward sudah memeluknya. Bella selamat, namun bingung sekaligus marah. Apa yang sebenarnya terjadi?

Yang terjadi selanjutnya Meyer berusaha mengaduk ngaduk perasaan pembacanya dengan teknik tarik ulur perasaan antara Bella dan Edward. Teknik kuno, tapi cukup berhasil menghidupkan cerita dan bikin pembacanya terus menyimak (tapi tidak bagi saya, sorry, I'm 40+ now). Tapi untungnya, tarik ulur terjadi di sela sela kelas biologi sehingga tidak terkesan cengeng dan murahan. Meyer memang fasih menghidupkan suasana kelas belajar. Ok, kita catat sebagai satu kelebihan. Untuk tahap ini, JK Rowling kompetitor terdekatnya.

Suasana mulai terasa horor ketika Bella bersama teman temannya berwisata ke kota tetangga, La Push. Di sana ada pantainya. Suasana camping yang menyenangkan. Bella berkenalan dengan Jacob Black, yang tidak lain adalah bungsu sahabat Indian Ayahnya, Billy. Namun Jacob memberi cerita gelap. Konon katanya di wilayah itu ada batas wilayah antara kaum werewolf atau serigala jadi jadian, dengan kaum berdarah dingin atau peminum darah atau vampire. Cerita itu mengubah dunia Bella selamanya.

Adegan adegan berikutnya membawa Bella ke dalam pusaran kehidupan keluarga Cullen. Mereka vampire. Edward vampire. Dan Bella mencintai Edward yang vampire itu. Cinta mereka sangat rawan. Tak terbayang bila Billy dan Jacob - kaum serigala - sampai mengendus hubungan spesial mereka. Apa reaksi Charlie? Meyer nampaknya memainkan betul situasi ini. Misalnya dengan menampilkan kencan backstreet. Edward tiba tiba muncul dalam kamar Bella. Sementara Charlie yakin anaknya sudah tertidur pulas. Pikir pikir, itu  sih pola biasa cerita cinta. Makanya Meyer dalam adegan berikutnya mengeksplorasi sejarah kehidupan vampire, mitos seputar peminum darah, dan seberapa 'berbahaya' sebenarnya mereka pada manusia biasa.

Tiba tiba keadaan meruncing. Sekelompok vampire lain yang kebetulan melintas di wilayah Cullen mengendus keberadaan Bella. Itu jenis vampire ganas yang masih menjadikan manusia sebagai mangsa. Ketegangan terus bereskalasi. Pertarungan antar vampire nampaknya tak bisa dihindari lagi. Dan Bella harus menyingkir...

Meyer tidak menyimpan kejutan apapun di akhir cerita. Dia kelihatannya tipe penulis yang mengalir begitu saja. Memainkan ritme, menguliti sedikit demi sedikit kehidupan gelap para vampire dan mengakhirinya dengan ketegangan pertempuran. Dia sepertinya yakin pesona novel ini bukan pada misteri yang disembunyikan sampai akhir. Lebih pada menarik pembacanya untuk nyemplung pada plot cerita yang dia kembangkan. Merasakan kehidupan Forks yang khas dan terlibat dalam ketegangan antar vampire. Dan dia berhasil melakukan itu.

Klik di sini untuk mulai menonton film Twilight.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Paling Banyak Dibaca