Dan Brown, Inferno: Dante dan Overpopulasi (1)

... Populasi dunia perlu waktu ribuan tahun - mulai dari awal mula manusia hingga awal 1800an - untuk mencapai satu miliar orang. Lalu, secara menakjubkan, hanya perlu seratus tahun untuk melipatduakan populasi itu menjadi dua miliar pada 1920an. Setelah itu, hanya perlu lima puluh tahun bagi populasi untuk berlipat dua lagi menjadi empat miliar pada 1970-an... sebentar lagi kita mencapai delapan miliar. Hari ini saja, umat manusia menambahkan seperempat juta orang ke planet bumi. Seperempat juta. Dan ini terjadi setiap hari - tanpa kecuali. (hal.146)

Jika anda menginginkan tersedianya lebih banyak air bersih perkapita, anda membutuhkan lebih sedikit orang di dunia.. (hal.198)

Inferno. Sepertinya narasi di atas semacam narasi demografi dunia, atau kajian mengenai MDG's. Sebenarnya paragraf itu bagian dari Inferno, novel Dan Brown terbaru, yang judul terjemahannya oleh penerbit Bentang menjadi 'Neraka'. Lanjutan petualangan Robert Langdon, sang profesor sejarah seni dan simbologi, dari Harvard University. Tunggu dulu, apakah terjadi pergeseran tema dari kajian simbol simbol (Angels and Demonds, Da Vinci Code, The Lost Symbol) menjadi tema mengenai populasi? sebenarnya tidak. Inferno adalah novel mengenai simbologi sekaligus keprihatinan overpopulasi. Novel yang bercerita tentang Divine Comedy karya Dante Alighieri sekaligus rekayasa genetik. Nampaknya Brown coba menghindari kejenuhan pembacanya akan simbologi dengan menambahkan isu global. 

Barangkali Dan Brown adalah penulis yang sedang on fire. Novel terbarunya yang dirilis tahun 2013 ini banyak dinanti. Berbeda dengan John Grisham yang sedang dalam tren menurun. Mungkin orang mulai bosan dengan praktik hukum yang menjadi andalan Grisham. Lebih parah lagi, Grisham gagap teknologi. Disaat orang tidak lagi bisa hidup tanpa gadget. 

Dan Brown tidak mau mengalami nasib sejawatnya. Itulah mungkin dalam novel setebal 642 halaman ini (paling tambun sejauh ini) dia mulai menjaga keseimbangan antara keranjingan simbologi dengan isu global. Dia peduli teknologi, dan akrab dengan gadget gadget gaul

" iPhone?" tanya Langdon, mengagumi perangkat milik wanita itu. Wajah wanita itu seketika cerah.. (hal.317)

Keunggulan lain novel novel Brown, adalah karena risetnya yang mendalam terhadap obyek obyek cerita. Anda yang belum mengenal Dante, pengarang renaisance Italia 1300an, akan terpana bagaimana sebuah buku The Divine Comedy yang bercerita perjalanan dari neraka menuju surga akan begitu berpengaruh banyak bagi karya karya genius sejaman dan jaman jaman sesudahnya. 

Tidak pernah ada di dunia, orang yang lebih hebat dari pada dia. - Michelangelo (hal.121)

Barangkali 3/4 novel ini melulu mengenai Dante, tempat dia lahir, berkarya, dan dimakamkan. Saking detailnya, saya kadang sering bergurau novel ini bisa juga menjadi buku panduan wisata kota Florence, juga Venesia, dan Istambul. 

Selebihnya adalah plot standar Brown, thriller kejar kejaran dari Italia hingga Turki. Dari Palazzo Vecchio sampai Hagia Sophia. Skenario yang hanya - seperti biasa - memakan waktu tidak lebih dari 24 jam. Melibatkan para pejabat WHO ( World Health Organization), sebuah 'konsorsium' (organisasi ilusi, yang menurut Brown di pengantarnya adalah nyata), dan tokoh tokoh genius dengan IQ melebihi 200. Dan tentu saja kejutan akhir ala Dan Brown.

Mungkin ada benarnya, banyak kalangan menganggap novel inferno ini 'biasa'. Secara ide hanya pengulangan dari Da Vinci Code - novel terbaik Brown menurut saya sejauh ini. Haa... setiap orang punya golden rule...

Selanjutnya, klik di sini.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Paling Banyak Dibaca