11 Hari Usus Buntu (15)
Demikianlah, aku
kemudian tersadar. Berbeda dengan kisah Haji Endang, hal pertama yang aku ingat
adalah rasa pedih yang mendera, maaf, kemaluanku. Rupanya mereka telah memasang
kateter. Aku menjerit menjerit, sementara tanganku digepit dengan keras. Itu Ninok
yang mencoba menenangkanku. Sementara suara berisik terdengar dari balik tirai
pembatas kamar. Aku berteriak teriak agar mereka diam. Akhirnya mereka bukan
cuma diam, tapi serentak meninggalkan ruangan.
Aku haus minta air, tapi ditolak Ninok karena dilarang
dokter. Baru aku sadar dari hidung sebelah kiriku terjuntai selang yang
ujungnya sebuah botol sebesar botol infusan. Dari selang yang terjuntai mirip
belalai itu aku melihat cairan deras mengalir dari hidungku. Namun ajaib,
rasanya melegakan. Sementara selang infus sudah beralih ke tangan kiriku.
Kulihat jam di dinding. Pukul 9 malam. Tak berapa lama suster datang.
Menyuntikan sesuatu ke selang infus. Perlahan aku
kembali tenang, kemudian terlelap.
*****
9 April 2009, pilpres putaran kedua. Bukan peristiwa itu
yang menjadikannya tanggal spesial. Aku (39), Ninok (29), Awang (6), dan Oit
(1), untuk pertama kali menempati rumah yang baru kami beli ( tepatnya yang
baru kami kredit ). Dengan luas sekitar 8 hektar, pada saat itu Perumahan Prana
bukan lokasi dengan tingkat hunian yang mengesankan. Selama hampir satu tahun,
kami nyaris tak punya tetangga. Tetangga kami satu satunya, pak Farid, orang
Bandung yang datang bersama keluarganya hanya untuk berakhir pekan, sehari
dalam seminggu.
Setahun kemudian, penjualan masih seret, kami hanya
mempunyai beberapa tetangga baru. Namun tahun berikutnya, penjualan meledak
sehingga blok yang kami hampir semuanya terisi penuh. Mungkin karena strata
sosial yang lebih homogen, kehidupan bertetangga lingkungan kami lebih cair.
Pada tahun itu juga dimulai arisan ala ibu ibu. Tiap kepala keluarga diwajibkan
membayar iuran bulanan. Uangnya dipakai macam macam, untuk gaji sekuriti,
petugas kebersihan, beli gerobak sampah, bantuan keuangan untuk keluarga yang
sakit, untuk apa saja - sesuai komitmen bersama.
Aku tidak tahu bagaimana posisi perumahan ini dari segi
feng Sui : ekor, tubuh, atau kepala naga. Namun tak jauh dari rumahku mengalir
sungai yang katanya membawa chi baik untuk kawasan. Di depan rumah terhampar
bukit kecil dengan pepohonan cukup rimbun.
Ngomong ngomong
masalah sungai, bulan Rhamadan tahun kemarin ( kenapa peristiwa penting selalu
terjadi saat Rhamadan? ), terjadi peristiwa cukup menggemparkan di Perumahan Prana.
Setelah sahur dan solat subuh, aku kembali memeluk
bantal. Namun pagi itu Ninok mengguncang guncang tubuhku dengan tergopoh gopoh.
“ Ada orang buang bayi, ada orang buang bayi. Cepet
bangun!” teriaknya.