11 Hari Usus Buntu (59)
Aku meraba sayatan operasi di perutku. Mungkin ini yang dimaksud
Mindakalangan…..
*****
Rupanya kedatangan mang Engkus membawa efek positif pada grafik malaikat.
Levelnya kini kembali mulai naik ke level optimis. Dua level dibawah mulia…..
“ kadang kadang seseorang harus menanggung kesalahan
kesalahan yang diperbuat orang lain “ kali ini ‘Atib yang mengambil inisiatif
pembicaraan. Dia serius, dan kadang terlalu menggurui.
“ Itulah seni menjadi mahluk manusia. Mereka seperti
pendulum yang bergerak ke kiri dan ke kanan. Capek deh merhatiinnya….” Komentar Roqib. Tak kalah menggurui.
Sementara Azroil sedang terfokus pada kotak surat di
layar monitor. Ikon amplop berkedip kedip. Klik, masukkan nama dan password. Daftar surat terpampang. Belum ada
kiriman dari Bos. Dia sedang menanti disposisi terbaru.
Disposisi yang dinanti itu akhirnya datang menjelang tengah malam. Isinya
mendadak dan perlu konsentrasi yang dalam untuk memahaminya :
….disebabkan pasien telah mengalami berbagai pengalaman
spiritual, maka diputuskan untuk memberikan ujian kepada pasien yang
bersangkutan untuk mengetahui sejauh mana yang dialaminya sampai sat ini
berbekas dan mengubah jalan hidupnya.
Otaknya akan mengalami berbagai lompatan dimensional dan
dipandu ‘utusan khusus Tuhan’. Harap para malaikat khususnya anggota satgas
tetap mengamati perkembangan pasien.
Setelah itu, nasib pasien kemungkinan akan ditentukan
dengan cara yang berlawanan dengan cara Adam dan Hawa turun ke bumi.
Jalan ini bisa saja panjang bagi si pasien. Tapi
ketahuilah, bagi Tuhan kalian, ini hanya memakan waktu semalam saja.
Kadang air ditengah hatimu bisa membawamu kembali.
Pikirkan itu.
Kalian para malaikat adalah pelayan setia tiada banding.
Kuciptakan mahluk jenis ini salah satunya untuk bikin kalian sibuk dan juga
kesal.
Nah, selamat bertugas. Aku selalu bersamamu.
Mereka bertiga terheran heran dengan isi disposisi
tersebut. Bukan tugas mereka untuk memahami semua permainan Tuhan. Tapi yang
ini bebar benar sukar untuk ditafsirkan.
Kolega mereka di gunung Salak tak kalah terkejutnya. Tuhan telah bermain
terlalu jauh dalam perkara si pasien ini.
Kini dia harus memikirkan strategi lain.