11 Hari Usus Buntu (72)
“ Puteri Seruni, dan dr. Laila “ bisik penjaga
dibelakangku. Jadi semua orang hadir malam ini, gumamku.
“ Bapak lihat juga dua orang asing di deret kiri sebelum
mantri Rajawali. “ aku kembali menengok ke kiri. Benar. Kenapa tadi seperti
tidak terlihat ?
“ Itu ki Cakrabuana dan Ki Mindakalangan. “ Bahkan
karuhun pun menyempatkan diri datang, benakku kali ini yang menggumam.
Penampilan mereka luar biasa kokoh, wajahnya menyiratkan kegigihan seorang
ksatria.
Dan tibalah saatnya aku berpidato. Aku mengambil nafas.
*****
Setelah pembukaan dengan salam dan ucapan terima kasih kepada hadirin yang
telah datang, aku memutuskan untuk mengisi pidatoku dengan pengalaman hari hari
ketika aku dirawat.
“ Hadirin yang kami mulyakan, pertama kali saya datang ke
Rumah Sakit, saya disambut, ehm, oleh
dua ekor kucing….. “ dokter bedah tergelak. Kena dia. Hadirin yang lain masih pasif. Mungkin belum
mengerti apa artinya kucing di rumah sakit.
“ Ada banyak arti seekor kucing hadir di rumah sakit.
Bagi kebayakan orang, itu berarti keteledoran yang tidak boleh terjadi di Rumah
Sakit. Namun bagi saya, kehadiran mereka adalah keajaiban. Saya mendengar
percakapan mereka. Saya sungguh mendengar percakapan meraka. Dan saya mengerti
apa yang mereka perbincangkan. Saya mengerti bahasa mereka! “ Hadirin terdiam.
Mereka pikir mungkin aku sedang membual.
“ Mereka bilang, kucing kucing itu bilang, saya ini cuma
orang bebal yang kekenyangan makanan “ sebagian hadirin tertawa sopan. Yang
lainnya cuma senyam senyum.
“ Tapi saya sadari, perkataan mereka benar. Ketika saya
datang, gula darah terukur 400. Dokter saya bilang : ini DM tipe 2, nak! DM Yang artinya juga Doyan Makan. Artinya memang akibat kekenyangan makanan
seperti yang dibilang kucing kucing itu tadi. Jadi syukurlah – terima kasih
Tuhan - saya dimasukkan ke rumah sakit “
kataku sambil
menengadahkan tangan seperti orang komat kamit berdo’a. Spontan hadirin
bertepuk riuh. Mungkin aku berbakat juga jadi comedian di stand up comedy
misalnya. Suasana menghangat sekarang.
“ Mengapa semua ini bisa terjadi ? pertanyaan ini terus
datang berulang ulang selama saya terkapar di Rumah Sakit. Akhirnya perlahan
lahan saya temukan jawabannya. Mungkin dengan memahami latar belakang keluarga.
Saya lahir dari keluarga biasa biasa saja. Waktu itu tahun 1969, bangsa kita lagi susah susahnya, banyak yang kurang gizi. Orang tua kami dua
duanya berprofesi sebagai guru. Bukan profesi yang menjanjikan kelebihan
materi. Namun mereka tetap tekun bekerja, mendidik anak anak bangsa tumpuan
masa depan. Kalaupun kita hari ini dikaruniai kelimpahan materi, atas jasa
merekalah semua ini bisa terjadi “ aku mengambil nafas dulu. Sebagian hadirin
mengangguk angguk setuju.