Dan Brown, Inferno: Buku Hollywood (2)

Sebelumnya, klik di sini.

Vayentha, wanita berambut duri berjaket hitam, menyerbu ke dalam ruangan. Dengan wajah dingin ia secepat kilat menembak dr. Marconi hingga dadanya meledak bersimbah darah. Kemudian mengacungkan pistol dengan peredam itu ke arah Robert Langdon...

Begitu kira kira reka ulang adegan awal di novel Inferno. Adegan yang biasa kita lihat dalam film film Hollywood. Begitu cepat, begitu dramatis. Efek yang bisa bikin penonton menahan nafas. Sampai akhirnya saya berfikir, kita begitu banyak menonton film Hollywood, namun sebenarnya sering juga mambaca buku dengan efek Hollywood yang sama. Namun tentu saja tak ada istilah buku Hollywood - untuk buku yang mengadegankan efek yang cepat dan dramatis itu. Saya ingin memulai istilah itu...

Robert Langdon terbangun di sebuah rumah sakit di kota Florence. Padahal ingatan terakhirnya adalah saat di Harvard tempat dia memberikan kuliah. Ketika terbangun, hanya ada dr. Sienna Brooks yang, ehm, cantik dan dr. Marconi yang hanya berbahasa Itali. Sampai si Vayanthe tadi menyerbu masuk....

Dan Brown jelas meniru skenario dan adegan adegan dalam film thriller. Adegan adegan singkat dia sinonimkan dalam bab bab yang singkat pula. Bolak balik antara seting di kapal pesiar The Mendacium, dengan seting Langdon yang dikejar kejar Vayentha. Kejar kejaran yang kadang dikombinasikan dengan ingatan Langdon saat memberikan kuliah. Sembari mengikuti plot kulit bawang, misteri di kelupas lapisan demi lapisan. Bikin penasaran, pingin baca teruuus sampai lembar terakhir.

Mungkin yang tidak dapat disampaikan film adalah kekayaan intelektual yang dinarasikan dengan sangat detail. Mengenai Dante Alighieri dan kota Florence yang sarat dengan sejarah renaisance Eropa. Tiba tiba adegan berbelok pada persinggungan antara ketua 'kosorsium' yang dikenal dengan Provos, direktur WHO (WHO beneran, salah satu organ PBB) Dr. Elizabeth Sinskey, dan seorang jenius biologi dan kaya raya Bertrand Zobrist. Arah cerita mulai kelihatan. Zobrist sebelum kematiannya telah merancang virus yang mematikan yang akan tersebar sehari lagi! Langdon dan Sienna harus menemukannya sebelum wabah itu mematikan populasi dunia! dengan memecahkan simbol simbol Dante...


Yang menarik adalah adu argumen antara Dr. Sinskey dengan Zobrist mengenai overpopulasi. Saya mambawahinya sebagai dialog gemilang dari Brown. Buku ini akan kurang greget tanpa dialog ini. Itu mengenai bagaimana caranya mengerem populasi yang kian meledak. Bumi tak kan sanggup lagi menampung 9 miliar populasi saat ini. Barapa jumlah ideal yang kamu mau? tanya Dr. Sinskey. Seharusnya 4 miliar saja jawab Zobrist. Di situ masalahnya, ada 5 miliar populasi yang harus 'dikurangi'. Mengingatkan saya pada dialog serupa - mungkin lebih tajam - mengenai konsili Nikea di Da Vinci Code.

Selanjutnya, klik di sini.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Paling Banyak Dibaca